sembahyang itu akan timbul nyata bagi yang mengerjakannya. Bagaimana hakikat-hakikat sembahyang yang betul-betul dikerjakan itu? Maka yang mulia Imam Ibnu Athaillah Askandary berkata dalam Kalam Hikmahnya sebagai berikut:
"Sembahyang mensucikan buat semua hati manusia dari segala kotoran-kotoran dosa, dan membukakan baginya segala pintu yang ghaib (tersembunyi)."
Kejelasan dari Kalam Hikmah di atas adalah sebagai berikut:
I. Bahwa hakikat sembahyang itu apabila dikerjakan dengan betul, baik dan sempurna, maka sembahyang itu akan mensucikan hati kita dari segala macam kotoran, dan akan mensucikan pula dari segala sifat yang menjauhkan hati dari melihat Allah s.w.t. dengan segala kebesaranNya.
Betapa tidak, sebab Rasulullah s.a.w. telah bersabda dalam Hadis riwayat Muslim sebagai berikut:
"Perumpamaan shalat yang lima itu laksana sebuah sungai yang tawar airnya, di mana sungai itu meluap-meluap di pintu salah seorang yang mandi didalammnya tiap-tiap hari sebanyak lima kali. Apakah pendapatmu tentang orang tersebut? Apakah masih ada daki-daki di badannya? Mereka menjawab:
Tidak ada sesuatupun (ya Rasulullah). Sabda Rasulullah s.a.w. : Sesungguhnya
shalat yang lima itu dapat menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air yang
dapat menghilangkan segala kotoran."
Hadis ini menggambarkan dengan sembahyang yang dikerjakan dengan sebaik-baiknya, maka pastilah hati kita suci pula dari segala kotoran-kotorannya. Sebab segala ucapan dan bacaan-bacaan yang kita baca dalam sembahyang tentu sekali mendekatkan hati dan perasaan kita kepada yang Maha Kuasa, yaitu Allah s.w.t. Karena itu pelajarilah dan dalamilah bacaan-bacaan yang kita baca dalam sembahyang terdapat pada setiap gerak perbuatan kita itu. I. Sembahyang juga merupakan kunci pembuka pintu-pintu segala yang ghaib berupa ilmu-ilmu ladunni, yakni ilmu-ilmu yang bersumber dari keimanan dan keyakinan. Ilmu-ilmu itu merupakan rahasia yang datang dari Allah s.w.t.
Jadi apabila segala dosa sudah dapat dibersihkan dengan shalat, maka ia akan
menimbulkan hati yang suci bersih, dan akan terbukalah pintu hati untuk menerima rahasia-rahasia ketuhanan. Sebab hakikat shalat berarti sebagai jalan untuk mendapatkan atau untuk memperoleh ilmu-ilmu makrifat yang terkandung dalam hakikat Tauhid yang laksana laut yang sangat dalam yang tak ada pantainya. Oleh sebab itulah dalam satu Hadis dimana Imam Ghazali telah menuliskan dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin, sabda Rasulullah s.a.w. sebagi berikut:
"Tiada sesuatu yang diwajibkan Allah kepada makhlukNya sesudah Tauhid yang lebih menyukakan kepadaNya selain daripada shalat. Andainya jikalau ada sesuatu yang lain (selain shalat), yang lebih menyukakan kepadaNya niscaya para Malaikat telah terlebih dahulu beribadat dengan sesuatu itu. Kepada para Malaikat itu sebagian dari mereka ada yang rukuk saja, sebagian yang lain ada yang sujud saja, dan sebagian yang lain lagi ada yang berdiri saja dan ada yang duduk saja."
Hadis ini terang dan jelas menunjukkan bagaimana mulianya shalat setelah Tauhid di sisi Allah s.w.t. Sebab dalam Hadis ini Rasulullah telah menjelaskan ibadat-ibadat para Malaikat pada umumnya disibukkan dengan sembahyang. Sama ada mereka itu sebagiannya yang pada rupanya rukuk saja, atau sujud saja, atau berdiri saja, atau duduk saja. Tetapi semua perbuatan mereka ini adalah merupakan cara khas dari sembahyangnya para Malaikat Allah s.w.t.
Jadi apabila kita rajin sembahyang, rajin serta tekun dan mengerjakannya dengan sesungguh hati, baik, serius dan sempurna, maka sembahyang adalah jalan untuk menerangkan hati kita dalam menerima ilmu-ilmu pengetahuan. Sebab apabila sembahyang yang demikian yang mana kita tidak pernah lupa mengerjakannya sebagai perintah Allah s.w.t., di samping itu kitapun selalu pula mengerjakan sembahyang-sembahyang sunnat, maka bertambah dekatlah hubungan kita dengan Allah. Dengan bertambah dekatnya hubungan kita kepada Allah, berarti tercapailah maksud dan cita-cita kita dengan kehendak-Nya,
dan dengan kasih sayangNya. Karena itu yakinlah dan jangan ragu-ragu lagi,
bahwa di samping sembahyang itu mempunyai banyak faedahnya sebagai tersebut
di atas, juga ada hikmatnya untuk memudahkan mencapai rezeki-rezeki yang
halal dari Allah s.w.t. Artinya usaha kita dalam mencapai rezeki-rezeki itu
akan dimudahkan Allah dan diberkati oleh-Nya apabila kita rajin
bersembahyang. Yakni biarlah sembahyang yang kita kerjakan itu baik lagi
sempurna, pula dengan terarahnya hati kita kepada Allah s.w.t. Itulah
sebabnya maka Al-Ghazali menukikkan sabda Nabi Muhammad s.a.w. di mana Nabi
telah bersabda sebagai berikut:
"Wahai Abu Hurairah! Perintahkanlah keluarga anda dengan mengerjakan sembahyang, karena bahwasanya Allah akan mendatangkan kepada anda rezekiNya dari (sumber-sumber dan jalan-jalan) di luar dugaan anda."
Hadis ini dan Hadis-Hadis sebelumnya adalah menggambarkan kelebihan sembahyang. Itulah sebabnya maka sebagian Ulama menyamakan antara orang yang sembahyang dengan pedagang. Mereka berkata: "Orang yang mengerjakan shalat adalah umpama saudagar yang tidak memperoleh keuntungan sebelum pokoknya betul-betul bersih dan kembali."
Jadi apabila pokok perdagangan tidak rugi sepeserpun berarti perdagangan itu telah beruntung, apalagi jika memang untung dan labanya terlihat pula dengan nyata. Alangkah bahagianya orang yang sembahyang di mana lahir dan batinnya turut bersembahyang sama menghadap Allah s.w.t. Insya Allah segala faedah dan nikmat di atas akan diperolehnya dengan izin Allah. Itulah kesimpulan yang jelas dan terang dari Kalam Hikmah ini.