Sebuah piano tua dari tahun 1885, buatan J.Van Kesteren - Limburg, biasa disebut Harmonium,
sebuah saksi sejarah keberadaannya, setelah 1 abad lebih usianya dan melewati masa masa peperangan, dan penjajahan. tetapi masih utuh rupanya.
Namun sayang seseorang telah merubahnya menjadi sebuah radio tabung dengan gelombang FM.
Dengan susah payah saya telusuri kembali para pemiliknya yang terdahulu, hanya untuk mencari sisa sisa spare partnya yang telah hilang, dengan niat kembali menghidupkan suaranya yang telah lama membisu.
Pencarian pertama membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, serangkaian tuts pianonya telah saya temukan dengan kondisi yang utuh.
5 bulan berselang sepasang dudukan lilin untuk penerangan yang terbuat dari kuningan kembali ditemukan, dengan susah payah saya merayu seorang kolektor yang telah membeli dudukan tersebut, akhirnya kolektor tersebut bosan juga melihat saya merayunya setiap hari.
Tinggal selangkah lagi mencari pijakan peniupnya, maka jadilah Harmonium ini hidup kembali.
Bila ada yang mempunyai alat peniupnya dengan senang hati saya akan menebusnya dengan harga yang sewajarnya.
Terdapat cuplikan dari buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karangan Haryoto Kunto :
Meneer Jan Fabricius yang kerja sehari - harinya sebagai wartawan penulis dan malam harinya jadi sutradara dari Toneelvereniging "BRAGA" yang didirikan sejak tahun 1882 itu, ditunjuk jadi ketua seksi hiburan.
Tengah hari baru dia tahu, bahwa seorang Zangeres dari Paris bakal ikut menghibur para peserta Kongres.
Begitu tiba giliran si Zangeres dari Paris itu untuk tarik suara, barulah panitia menyadari, bahwa sebuah piano sangat diperlukan buat instrument pengiringnya. Waduh cilaka tiga belas! Di Bandung belum ada orang yang memiliki piano. Yang ada cuma piano butut rongsokan, milik Onderwijzer (Guru SD) Van Leeuwen yang tidak laku dilelang, tatkala dia pindah keluar kota.
Piano butut yang tergolek di Kantor Lelang, Vendutieshuis "Benjamins" (sebelah Gedung Museum Mandala Wangsit Siliwangi), kemudian dibeli murah oleh Jan Fabricius, cepat - cepat diangkat ke Societeit Concordia, yang letaknya bersebelahan dengan Hotel Homann
Naaa, malapetaka kedua terjadi pula! Ternyata di antara warga kota dan panitia, tak seorang pun bisa menabuh piano, Si Jan kalang kabut! Soalnya buat mensukseskan Kongres Gula ini, nama baik kota Bandung jadi taruhannya.
"Dewi Penolong" datang jua menjelang. Dia adalah seorang Ibu Teladan Bandung Tempo Doeloe - Mama Homann namanya. Mama Homan adalah istri pemilik Hotel Savoy Homann di Bandung