Mata Rantai Kerajaan Sriwijaya Makin Jelas
\PALEMBANG | SURYA Online - Mata rantai keberadaan Kerajaan Sriwijaya dinilai sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional semakin jelas, dengan kian intensifnya penemuan berbagai benda yang diwariskan kerajaan tersohor pada abad ke-7 tersebut.
Namun menurut staf Puslitbang Arkeologi Nasional, di Palembang, Sabtu (6/12), masyarakat diminta jangan hanya memandang keberadaan Kerajaan Sriwijaya itu dari penemuan keraton atau istana, tetapi dari penemuan berbagai barang peninggalan, seperti prasasti dan tembikar yang merupakan salah satu bukti eksistensi Kerajaan Sriwijaya.
Menurut Kepala Bidang Data dan Publikasi Puslitbang Arkeologi Nasional, Sonny C Wibisono ketika dijumpai di sela pameran arkeologi dan seminar kebudayaan “Archaeology Goes to Mall”, di Palembang, hingga saat ini telah ditemukan sejumlah bukti eksistensi Kerajaan Sriwijaya itu.
Dia menyebutkan, selama beberapa dekade ini telah ditemukan berbagai barang yang membuktikan eksistensi Kerajaan Sriwijaya yang sempat berjaya di masa lampau.
“Penemuan prasasti, situs, dan berbagai barang yang dijadikan sarana menunjang kehidupan di zaman itu, serta perhiasan yang dipakai saat itu, seperti gelang dan manik-manik yang sebagian besar terbuat dari tanah liat dan tembaga telah membuktikan peradaban di masa tersebut,” kata dia pula.
Ia menyatakan, selain peninggalan berupa barang, pihaknya juga bisa menyimpulkan keberadaan suatu peradaban dilihat dari faktor lingkungan, mulai dari komoditas yang terdapat dalam hutan tropis tersebut.
Karena itu, lanjut dia, bisa dipastikan Kerajaan Sriwijaya bukanlah sejarah yang dikarang tetapi memang eksistensinya terbukti dan sampai kini mata rantainya semakin jelas.
Sampai kini penemuan sejumlah benda bersejarah di masa Kerajaan Sriwijaya lebih banyak ditemukan di wilayah Kota Palembang, Sumatera Selatan, tetapi bukan berarti pusat kerajaan tersebut dipastikan di kota penghasil “pempek” ini.
“Berdasarkan penelusuran dan penelitian kami, kemungkinan besar pusat Kerajaan Sriwijaya berada tidak jauh dari Selat Bangka ke arah Sungai Musi,” ujar dia lagi.
Pameran arkeologi tersebut dilaksanakan pada salah satu mal di Kota Palembang yang berlangsung 4-8 Desember 2008. Pameran dengan tema “Jejak Peradaban Nusantara Abad ketujuh sampai 13, Menapak Siguntang hingga Tiba di Bukit Budur”.
Selain replika prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya, pengunjung bisa menyaksikan langsung replika Candi Borobudur di arena pameran tersebut, dan deskripsi sejarah maupun penemuan benda yang berkaitan dengan kerajaan tersebut yang disampaikan melalui media tulis disusun pada dinding pameran. ant