Ziarah ke Makam para Raja Sriwijaya
 Siguntang  adalah nama sebuah perbukitan kecil di Kota Palembang. Di sinilah para  raja Kerajaan Sriwijaya dimakamkan dengan upacara penghormatan dari  sebuah negara adidaya.
Siguntang  adalah nama sebuah perbukitan kecil di Kota Palembang. Di sinilah para  raja Kerajaan Sriwijaya dimakamkan dengan upacara penghormatan dari  sebuah negara adidaya. Di bukit  yang historis ini, terdapat tujuh makam tokoh Kerajaan Sriwijaya yang  dianggap keramat, meliputi makam Raja Si Gentar Alam, makam Panglima  Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Putri Rambut Selako, Putri Kembang  Dadar, Panglima Batu Api, dan makam Tuan Junjungan.
Konon,  Bukit Siguntang dipercaya sebagai tempat peristirahatan terakhir raja  Si Gentar Alam, salah satu raja Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari  Mataram Kuno. Sebelum menjadi bukit, Siguntang diperkirakan menjadi  bagian daratan yang ada di Limbang Tanah Melayu, nama Kota Palembang  pada masa itu. Namun karena peristiwa alam, banyak daratan yang tertutup  oleh air, s
ehingga terbentuklah banyak kepulauan dan pegunungan di bawah laut dan samudera.
Pada masa itulah diperkirakan seorang raja dari Mataram Kuno

  yang bergelar Si Gentar Alam pergi berlayar mencari daratan lain di  Limbang Tanah Melayu dengan maksud memperluas daerah pemerintahan.  Keberangkatannya menggunakan kapal yang dibenderai Lancang Kuning  dikawal oleh dua pengawal bernama Panglima Bagus Kuning dan Bagus  Karang. Mereka menaiki tiga kapal.
Suatu  saat, karena belum paham mengenai wilayah pelayaran itu, mereka  terpisah. Dua kapal pecah. Salah satu pecahannya ditemukan di daerah  Karang Anyar, yaitu wilayah Palembang di pesisir Sungai Musi. Sedang  satu kapal terdampar di Siguntang. Bukit Siguntang pada saat itu hanya  berupa segumpal tanah yang mengapung di permukaan laut luas yang dalam  Bahasa Melayu disebut dengan istilah ‘’terguntang-guntang’’ di atas air.  Istilah itu berproses secara etimologis menjadi Tanah Siguntang.
Si  Gentar Alam merupakan salah satu raja yang membawa kemasyuran Sriwijaya  pada masa pemerintahannya. Pada abad VI-IX pengaruhnya mencapai Bali,  Padang, Jambi, Lampung, Malaka, Singapura, Tiongkok, dan Brunai.
Karena  pengaruhnya yang luas, mitos-mitos pun beredar seputar dirinya.  Kesaktiannya digambarkan dengan sebuah kemampuan menggetarkan bumi  manakala dia marah dan menghentakkan kakinya ke tanah. Karena kesaktian  itulah dia diberi gelar Raja Si Gentar Alam.
Pada  abad X-XIII, Kerajaan Sriwijaya yang pusatnya berada di tepi Sungai  Musi mengalami keruntuhan. Raja Si Gentar Alam pun mulai menganut agama  Islam yang dibawa masuk oleh pedagang-pedagang dari Arab, seperti  Panglima Batu Api dari Jeddah dan Tuan Junjungan. Memeluk agama baru,  Raja Si Gentar Alam dianugerahi nama Tuan Iskandar Syah, yang kemudian  tersohor hingga ke Malaka. Raja Si Gentar Alam didampingi dua istri,  yaitu Putri Rambut Selako yang nama Aslinya Damar Kencana Wungu (putri  Prabu Brawijaya dari Mataram), dan Putri Kembang Dadar dari Palembang  yang mempunyai nama lain Putri Bunga Melur.
Tanah  yang dulunya berada di permukaan air tersebut lama kelamaan menonjol  karena perairan yang kian menyurut hingga membentuk perbukitan. Begitu  pula Bukit Siguntang yang hingga saat ini membentuk bukit kecil di Kota  Palembang. Bukit ini sudah menjadi tempat wisata ‘’Taman Bukit  Siguntang’’. Selain dapat melihat makam-makam piranti Kerajaan Sriwijaya  yang pernah jaya, pengunjung dapat mempelajari sejarah Sriwijaya  melalui pengamatan relief-relief yang ada di sekitar makam Raja Si  Gentar Alam atau cerita-cerita dari juru kuncinya. Silakan berkunjung ke  Palembang! (Prakoso Bhairawa Putera - Kontributor Inside Sumatera)
m)
m)
 
