KERAJAAN SRIWIJAYA
1. Sejarah dan Lokasi
George Coedes menulis karangan berjudul Le Royaume de Crivi pada tahun  1918. Coedes menetapkan bahwa sriwijaya adalah kerajaan di Sumatra  Selatan dengan ibukota Palembang.Yaitu tepatnya ditepi sungai musi atau  sekityar kota palembang sekarang. Wilayahnya meliputi selat Malaka,  selat Sunda, selat Bangka Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu dan  mungkin Jawa Barat (Tarumanegara) Semenanjung Malaya hingga ke tanah  Genting Kra.
2. Sumber Sejarah
A. Sumber Asing
a. Berita China
Abad ke 5 negara Kant”o Li mengirim utusan ke China secara rutin. Kant’o  Li diperkirakan Sriwijaya. Pengiriman ini berakhir pada tahun 988 M.
b. Berita Arab
Banyak pedagang Arab yang berdagang di Kerajaan Sriwijaya. Sampai  terbentuknya perkampungan Arab sebagai tempat tinggal sementara. Orang  Arab menyebut Sriwijaya Zabag, Sabay atau Sribusa.
c. Berita India
Raja Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan  yang ada di India dan kerajaan Nalada. Hubungan antara Sriwijaya dengan  kerajaan Chola rusak ketika raja Rajendra Chola berusaha menguasai selat  Malaka.
d. Berita I-Tsing (Pendeta Budha dari China)
Ia menceritakan bahwa kerajaan Sriwijaya dikelilingi oleh benteng dengan  1000 orang pendeta yang mempelajari agama budha. Pendeta China yang  akan belajar ke India sebelumnya belajar ke Sriwijaya selama 1 atau 2  tahun. Pendeta tersebut dipimpin oleh seorang guru yang bernama  “Sakyakirti”.
B. Prasasti
Prasasti kerajaan Sriwijaya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti tersebut antara lain :
a. Prasasti Kedukan Bukit (684 M)
Isi : Dapunta Hyang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil  menundukkan Minangatamwan (mungkin daerah Binaga/Jambi). Dengan  kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
b. Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun)
Isi : kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap raja Sriwijaya dan melakukan kejahatan.
c. Prasasti Talang Tuo (684 M)
Isi : pembuatan taman Sriketra oleh dapunta Hyang sri Jayanegara untuk memakmurkan semua makhluk.
d. Prasasti Kota Kapur (686 M)
Isi : Sriwijaya berusaha untuk menaklukkan Bumi Jawa yang tidak setia kepada kerajaan Sriwijaya.
e. Prasasti Karang Berahi (686 M)
Isi : penguasaan Sriwijaya atas daerah Jambi (tempat ditemukan prasasti ini).
f. Prasasti Ligor (775 M)
Isi : penguasaan wilayah Kra/tanah Genting Malaya dengan tujuan untuk mengawasi pelayaran dan perdangangan di selat Malaka.
g. Prasasti Nalanda
Isi : Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenaan membebaskan  5 buah desa dari pajak. Sebagai gantinya kelima desa itu wajib  membiayai para mahasiswa dari kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di  kerajaan Nalanda. Raja sriwijaya bernam Balaputradewa dari dinasti  Syailedra di Jawa Tengah yang terusir akibat kekalahannya melawan  kakanya sendiri (Pramodawardani)
3. Kehidupan Politik
Sriwijaya merupakan kerajaan maritime (Sarwajala). Beberapa factor yang  mendorong munculnya Sriwijaya sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara.
 Palembang terletak di muara sungai Musi, sedangkan didepannya terletak pulau-pulau pelindung pelabuhan.
 Letaknya strategis di tepi jalan dagang nasinal dan internasional.
 Runtuhnya kerajaan Funan.
 Sriowijaya memiliki angkatan laut yang kuat.
Tiga syarat utama menjadi raja Sriwijaya :
1. Samraj ( Berdaulat atas rakyatnya )
2. Indratvam ( Memerintah seperti dewa Indra yang selalu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya )
3. Ekachatta ( Mampu melindungi seluruh rakyatnya )
Daftar silsilah para raja kerajaan Sriwijaya :
1. Dapunta Hyang Sri jayanegara ( Prasasti Kedukan Bukit 683 M, prasasti Talang Tuo 684 M )
2. Cri Indrawarman ( Berita China 724 M )
3. Rudra Wikrama ( Berita China 728 M )
4. Wishnu ( Prasasti Ligor 775 M )
5. Maharaja ( Berita Arab 851 M)
6. Balaputra Dewa ( Prasasti Nalanda 860 M )
7. Cri Udayadityawarman ( Berita China 960 M )
8. Cri Udayaditya ( Berita China 962 M )
9. Cri Cudamaniwarmadewa ( Berita China, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M )
10. Maraviyatunggawarman ( Prasasti Leiden, 1044 M )
11. Cri Sanggrama Wijayatunggawarman ( Prasasti Chola, 1004 M )
Raja-raja yang berhasil diketahui keadaan masa pemerintahannya adala sebagai berikut :
1. Raja Dapunta Hyang
 Berhasil memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah Jambi ( Prasasti  Kedukan Bukit ), Tulang Bawang ( Prasasti Pala Pasembah ), Kedah (  Berita I-Tsing ), P Bangka ( Prasasti Ligor ) Kra ( Prasasti Ligor ).
 Bercita-cita menjadikan sriwijaya sebagai kerajaan Maritim.
2. Raja Balaputra Dewa
 Menggantikan raja Dharma sentru ( kakak dan ibu raja Balaputra Dewa ) yang tidak memiliki keturunan.
 Sriwijaya mengalami masa kejayaan dan berkembang sangat pesat.
 Meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan.
 Menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan diluar Indonesia ( Nalanda dan Chola )
 Sriwijaya meenjadi pusat prdagangan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara.
3. Raja Sanggrama Wiyattinggawarman
 Sriwijaya menghadapi ancaman dari kerajaan Chola ( India ) yang berhasil menguasai Sriwijaya pada masa raja Rajendra Chola.
 Raja Sanggrama Wiyattunggawarman berhasil ditawan dan dibebaskan oleh Raja kulottungga I ( pengganti Rajendra Chola ).
Sriwijaya pada mulanya tidak berada di Palembang, tetapi mungkin di  Minanga Tamwan yaitu daerah pertemuan antara sungai Kampar kanan dengan  sungai Kampar kiri. Karena keberhasilannya menguasai Palembang dan  sekitarnya dan daerah ini dianggap lebih menguntungkan dan strategis.  Maka pusat kerajaan dipindahkan dari Minanga Tamwan ke Palembang.
Pada abad ke 10 Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh:
a. Banyak daerah yang melepaskan diri ( menunjukkan lemahnya pertahanan Sriwijaya ).
b. Terjadi beberapa serangan atas sriwijaya antara lain : dari Teguh  Darmangsa (992), kerajaan Chola Mandala atas Semenanjung Melayu (1017),  pusat kerajaan (1023) dan (1030), kerajaan singosari ( Kertanegara ) dan  terakhir serangan dari Majapahit (1477).
4. Kehidupan Ekonomi
Sriwijaya merupakan kerajaan maritime yang menguasai perdagangan di  wilayah perairan Asia Tenggara. Sebagai pusat perdagangan setiap kapal  dagang yang singgah diwajibkan membayar upeti. Barang dagangan yang  diekspor oleh Sriwijaya adalah Gading, Kulit dan beberapa binatang liar,  sedangkan yang diimpor adalah Sutra, Permadani, porelin dan lain-lain.  Rakyat juga aktif dalam bidang perdagangan. Sedang kehidupan agraris  tidak begitu mendapat perhatian.
5. Kehidupan Sosial-Budaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak Budha, ehingga kehidupan  social masyarakat berdasar ajaran Budha. Kerajaan Sriwijaya mengadakan  hubungan dengan kerajaan-kerajaan disekitarnya. Hal ini terbukti melalui  prasasti Nalanda dan catatan I-Tsing. Serta terdapat seorang guru besar  agama Budha di Sriwijaya yang bernama Dharmapala dan Sakyakirti.
Karena agama yang dianut adalah agama Budha ( Mahayana ) maka sisa-sisa  kebudayaan yang ditinggalkan juga berupa bangunan suci yang berkaitan  dengan agama Budha yaitu stupa dan makara. Melihat bentuk dan coraknya,  stupa dan makara tersebut serupa dengan yang ada di Jawa Tengah.  Kemungkinan seni Jawa Tengah dikembangkan di Sriwijaya pada masa  Balaputra Dewa yang menganggap sebagai keturunan Raja Jawa.
 
