Rabu, 04 Januari 2012


Kerajaan Sriwijaya menurutku pernah dikuasai Jawa pada masa Mataram Kuno

candi muara takus


badai lautselatan 13 november 2009 Ketika menuliskan post mengenai Mataram Kuno, mendadak saya tergelitik untuk melihat eksistensi Jawa terhadap Sriwijaya dari peristiwa Balaputradewa yang menyingkir ke Sriwijaya setelah naiknya Pramodhawardhani menjadi putri mahkota yang kemudian menikah dengan Rakai Pikatan.

Yang menarik bagi saya adalah sejarah yang menyebut bahwa Sriwijaya mulai dikuasai Jawa baru sejak masa kekuasaan Singhasari, namun melihat proses Balaputradewa menjadi Raja Sriwijaya sepertinya ada hal lain yang tidak diungkap.

Dalam sejarah tercatat, setelah Pramodhawardhani menjadi putri mahkota dan kerajaan Mataram Kuno dipimpin atas nama Rakai Pikatan suaminya, Balaputradewa kemudian ke kerajaan Sriwijaya, dan tercatat pernah melakukan pemberontakan yang mengarah kepada ketidakpuasan dirinya atas ditunjukknya Pramodhawardhani sebagai penerus tahta Mataram Kuno terlebih pernikahannya dengan Rakai Pikatan yang dari wangsa Sanjaya. Secara garis keturunan Balaputradewa adalah putra dari Tara, wanita dari kerajaan Sriwijaya yang dinikahi Samaratungga raja dari kerajaan Mataram Kuno.

Seandainya kerajaan Sriwijaya pada masa itu mandiri sebagai sebuah kerajaan tanpa ada penguasaan kerajaan lain, patut dipertanyakan mengapa begitu gampangnya setelah tersingkir dari Jawa, dirinya langsung bisa menaiki tahta kerajaan Sriwijaya dalam waktu yang tidak lama. Walaupun beberapa menyebut bahwa Dewi Tara adalah putri mahkota Sriwijaya maka ada kejanggalan dalam proses ini, walaupun Dewi Tara sebagai putri mahkota kerajaan Sriwijaya, dengan kawinnya dirinya dengan Samaratungga maka ada dua keadaan yaitu Dewi Tara tidak memiliki hak atas tahta Sriwijaya kemudian diganti dari garis keturunan lainnya yang sama-sama dari Sriwijaya, kedua Dewi Tara meleburkan Sriwijaya dibawah kekuasaan suaminya dengan begitu terjadi perkawinan politis.

Jika perkiraan pertama benar maka pada saat Balaputradewa kemabli ke Sriwijaya akan terjadi perebutan tahta antara dirinya dengan keluarga yang menggantikan posisi ibunya, namun hal ini tidak ada catatan tentang suksesi ini, padahal diketahui dengan mudahnya Balaputradewa mendapatkan keuasaan ini.

Jika perkiraan kedua yang benar maka posisi Dewi Tara harusnya adalah permaisuri Samaratungga, dengan status tersebut maka Pramodhawardhani tentu posisinya akan tergeser oleh Balaputradewa karena dia adalah laki-laki, namun pada kenyataannya Balaputradewa lah yang tergeser, sementara yang bisa merubah posisi tersebut adalah kemampuan pribadi dan status Pramodhawardhani di posisi keluarga, dilihat dari kemampuan jelas Pramodhawardhani adalah wanita yang unggul dengan adanya beberapa prasasti yang menyebutkan keberadaan dirinya pada pemerintahan Mataram Kuno, sementara status dia yang bisa menggeser Balaputradewa kemungkinan dirinya berbeda ibu dimana dirinya adalah keturunan dari garis permaisuri, dengan demikian Dewi Tara dari kerajaan Sriwijaya adalah berstatus selir yang berakibat lemahnya posisi Balaputradewa di garis silsilah penguasaan.

Dengan posisi Dewi Tara sebagai selir, kemungkinan besar Kerajaan Sriwijaya tidak memiliki posisi tawar terhadap Samaratungga, jika pada saat itu Sriwijaya dan Mataram Kuno adalah kerajaan yang mandiri tentulah Sriwijaya tidak akan memberikan putri utamanya menjadi selir dari Raja Mataram Kuno, karena tanpa ikatan apapun tentunya Sriwijaya adalah kerajaan yang sangat besar.

Berdasar perkiraan ini saya mencoba berpikir mungkinkah Kerajaan Sriwijaya pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Mataram Kuno di bawah Raja Samaratungga .Sebab dengan proses penaklukan tersebut maka akan benar jika Dewi Tara yang putri utama Kerajaan Sriwijaya bisa diboyong ke Mataram Kuno menjadi selir, dan proses kekuasaan Sriwijaya sepenuhnya dibawah kendali oleh Raja Samaratungga, sehingga pada saat tahta Mataram Kuno diberikan kepada Pramodhawardhani, maka Balaputradewa dikembalikan kepada tanah kelahiran ibunya menjado Raja di sana atas dasar perintah Samaratungga.

Jika perhitungan saya benar berarti sampai saat ini ada satu keping sejarah mengenai Jawa yang kembali tidak tercatat, bukan bermaksud mengecilkan keberadaan kerajaan Sriwijaya yang saat ini dianggap kerajaan besar yang baru takluk terhadap Jawa pada masa Singhasari dan Majapahit. Namun hanya sekedar mengingatkan bahwa Jawa telah menguasai Nusantara sejak lama