Jumat, 06 Januari 2012

BENTENG KUTO BESAK

by drs.mutawalli












Bangunan ini dibangun selama 17 tahun dimulai pada tahun 1780 dan diresmikan pemakainnya pada hari Senin tanggal 21 Februari 1797.
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang.
Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besar di prakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan Internasional serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

Benteng Kuto Besak mempunyai ukuran panjang 288,75 meter, lebar 183.75 meter dan tinggi 9.99 meter (30 kaki) serta tebal 1.99 meter (6 kaki) disetiap sudutnya terdapat bastion yang terletak di sudut barat laut bentuknya berbeda dengan tiga bastion lainnya
Tiga bastion yang sama tersebut merupakan cirri khas bastion Benteng Kuto Besak disisi Timur dan Selatan dan Barat terdapat pintu masuk benteng, pintu gerbang utama yang menghadap sungai musi disebut Lawang Kuto dan pintu masuk lainnya disebut Lawang Buritan.

Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona Musi dan bangunan- bangunan bersejarah. Jika dilihat dari daerah Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran luas dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto Besak, dan menara air di Kantor Wali Kota Palembang.