Minggu, 15 Desember 2013

Merindukan Wajah-Wajah Mulia – Kalam Abdullah bin Husein bin Thahir al Alawiy


Orang-orang yang dekat dengan Allah SWT adalah magnet yang bisa menarik siapa saja yang berada di sekitar mereka untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Bagai berdaya listrik, mereka mampu mengisi ulang setiap iman yang cahayanya mulai redup akibat timbunan dosa-dosa. Beruntung sekali bila kita berkesempatan bertemu dengan orang-orang pilihan ini. Kita akan bisa memperbaharui energi iman kita dengan memandang wajahnya dan mendengarkan nasehat-nasehat yang mengalir dari lisannya.

Habib Abdullah bin Husein bin Thahir al-Alawiy mengingatkan kita akan pentingnya berdekatan dengan ulama-ulama yang saleh. Berikut nasehat beliau kepada kita yang disampaikan sekitar dua ratus tahun lampau.

Ketahuilah, sesuatu yang paling mujarab untuk mempercantik hati, memancing ampunan atas dosa-dosa, menepis kegundahan hati, dan mengundang segala kesenangan rohani, adalah menghadiri majelis para wali, shalihin, alim ulama berhati khusyuk yang mengamalkan pengetahuannya, serta para ahli ibadah yang memiliki sifat zuhud.
Merekalah manusia-manusia yang bila kita pandang akan mampu mengingatkan siapa saja kepada Allah SWT. Gerak-gerik mereka senantiasa membangkitkan gairah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ucapan-ucapan mereka mampu menggiring kita kepada rahmat-Nya. Cahaya mereka menaungi siapa saja yang ada di dekat mereka. Akhlak mereka yang indah akan menulari akhlak-akhlak kita. Amal-amal mereka yang hebat membuat nafsu kita merasa kerdil, dan yang terutama, berkah mereka akan dapat kita raih baik di kehidupan ini maupun di alam yang akan datang.

Dekat dengan mereka adalah suatu fadhilah besar. Memandang mereka bernilai ibadah. Cinta kepada mereka akan membuahkan keberuntungan. Siapa yang duduk di dekat mereka bakal memetik cahaya kebahagiaan dan meneguk tetesan rasa cinta.

Kapankah diriku ‘kan memandang mereka

Aduhai, kapankah mata ini menatap mereka

Atau telinga ini mendengar kabar tentang mereka?
Barangsiapa dikaruniai kesempatan untuk bisa duduk bersama atau sekadar memandang mereka, maka seyogyanya ia meyakini bahwa kesempatan itu adalah karunia teragung dalam rentang usia hidupnya. Hendaklah ia memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin dan melazimkan diri untuk selalu berada di dekat mereka dengan perasaan cinta, hormat, husnuddzon, tatakrama yang baik lahir maupun bathin. Raihlah manfaat dan berkah mereka. Teladanilah mereka. Setiap insan kelak akan dikumpulkan bersama siapa yang ia cintai. Baik buruknya seseorang tergantung pada pergaulannya.

Merekalah penabur hidayah di tengah manusia, sungguh beruntung siapa yang memandang mereka

Dan duduk di dekat mereka walau sejenak di sepanjang usia hidupnya

Merekalah suatu kaum yang menjadi hasratku

Dan haluanku di antara hamba-hamba-Nya

Cinta kepada mereka telah bersemi di relung hatiku

Mereka penyandang makrifat, kebeningan kalbu dan budi pekerti

Ada baiknya kita bercermin kepada anjing Ashabul Kahfi yang dengan setia menemani para wali-Nya. Berkat selalu bersama mereka, anjing itu menjadi beruntung hingga disebut bersama mereka di dalam Al-Quran, dan kelak ia akan dikumpulkan bersama mereka di dalam surga.

Perhatikanlah kertas sampul yang menempel pada Al-Quran itu. Ia menjadi mulia dan tak boleh disentuh kecuali oleh mereka yang telah bersuci, berkat menempel pada Kalamullah. Begitulah gambaran dalam berkawan dan bergaul.

Baginda Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan kawan yang saleh itu seperti penjual minyak misik. Kamu bakal diolesi minyak itu dengan cuma-cuma, atau kamu membelinya. Minimal kamu mencium aroma harum darinya.”

Syeikh Fadhal pernah berujar, “Barangsiapa melaksanakan shalat dengan bermakmum kepada orang yang telah mendapat ampunan, maka dosanya diampuni pula. Barangsiapa bersantap makan bersama seseorang yang telah mendapat ampunan, maka dosanya pun diampuni. Dan barangsiapa duduk bersama orang-orang saleh, maka gairahnya pada kebaikan akan bertambah.”

Junjungan kita, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi bertutur, “Kefahaman adalah cahaya yang menyala di dalam hati. Karunia itu hanya akan diperoleh oleh mereka yang kerap duduk bersama orang-orang saleh dan tekun menelaah kitab-kitab mereka.”

TATA KRAMA

Ketahuilah, banyak sekali manfaat yang akan dipetik oleh mereka yang senantiasa bergaul dengan kaum shalihin dengan sikap yang penuh adab, dalam tingkah laku fisik maupun hati. semua keutamaan terpendam di dalam tatakrama. Andai tatakrama tidak diindahkan, maka yang berlaku adalah apa yang pernah diucapkan seorang bijak, “Tidaklah penolakan (dari rahmat) itu kamu dapatkan bila kamu tidak ditakdirkan dekat dengan kaum shalihin. Tapi penolakan itu niscaya kamu dapatkan bila kamu ditakdirkan dekat dengan mereka namun kamu tidak bertatakrama kepada mereka.”

Andai kita tidak memiliki atau jarang berkesempatan berada di dekat orang-orang saleh, maka berhati-hatilah, jangan sampai kita terjerumus ke dalam pergaulan yang salah, yakni berkumpul dengan orang-orang yang lalai dan fasik. Kembalilah mengenang sejarah hidup kaum shalihin berikut kondisi dan amal-amal mereka. Bacalah kitab-kitab dan wasiat-wasiat mereka, juga kasidah-kasidah dan hikayat tentang perilaku zuhud, wara’, qana’ah, khumul (menjauhi ketenaran) yang mereka terapkan, serta ibadah dan akhlak mereka yang luar-biasa.

Dengan mengenang mereka, maka rahmat Allah SWT akan mengalir deras kepada kita. “Bila dirimu tak berkesempatan menjumpai mereka, maka di dalam kalam mereka terkandung sinar yang mampu menghidupkan hati dan sanubari,” begitulah kata sebagian orang bijak.

Sayangnya, yang begitu dominan di zaman kita sekarang ini adalah cerita tentang kekejian dan para pelakunya. Saat ini orang lebih asyik menyimak omong kosong, gosip murahan, adu domba, berita kriminal dan asusila. Mereka tak lagi tertarik pada kisah orang-orang saleh dan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Bahkan, mereka enggan untuk sekadar bertanya mengenai urusan agama mereka kepada ulama.

Sumber : www.cahayanabawiyonline.com