Djogdja Tempo Doeloe - JEMBATAN KALI SERANG, KULON PROGO TAHUN 1925
Kita boleh mangkel karena pernah dijajah bangsa kulit putih, Belanda selama ratusan tahun. Semuanya itu tentu juga tidak lepas dari kebodohan kita sendiri. Di balik kesengsaraan akibat penjajahan itu, kita juga bisa memetik pengetahuan dan pengalaman dari bangsa yang “minteri” atau ngakali kita itu. Setidaknya bangsa Belanda itu telah mengenalkan teknik pembangunan prasarana fisik yang baik dan berkualitas. Kita bisa lihat dan buktikan sendiri, ada begitu banyak bangunan kolonial yang hingga sekarang masih berdiri kokoh sekalipun dibangun tanpa semen kecuali campuran pasir, gamping, dan bubuk batu bata.
Sementara bangunan yang kita buat sekarang banyak yang ambrol, pecah, atau retak padahal baru dibangun beberapa bulan atau tahun yang lalu. Semua berpulang pada kejujuran hati kita sendiri. Kedisiplinan kita sendiri dalam mengikuti kaidah-kaidah pembangunan fisik yang baik. Jika di dalamnya sarat dengan manipulasi dan korupsi, jangan pernah berharap apa yang kita bangun akan awet, lebih-lebih lestari. Jangan pernah berharap !
Salah satu bangunan yang pernah dibuat Belanda di wilayah Yogyakarta adalah jembatan yang melintang di atas Kali Serang di wilayah Bendungan, Wates, Kulon Progo. Pengetahuan yang lebih maju dan penguasaan material oleh Belanda atas kekayaan bumi Jawa (Nusantara) menyebabkan Belanda mampu membangun sekian banyak bangunan entah itu gedung, pabrik, jalan, jalan kereta api, jembatan, saluran irigasi, dam/waduk, dan lain-lain di persada Nusantara. Jembatan Kali Serang di Bendungan hanyalah salah satunya.
Jembatan Kali Serang ini dirasa penting dibangun oleh Belanda untuk memperlancar hubungan dari Yogyakarta ke arah Kulon Progo dan sebaliknya. Di samping untuk memperlancar hubungan intern Wates atau Kulon Progo sendiri. Dulu penyeberangan pada sungai ini dan sungai-sungai lainnya dilakukan dengan menyeberang langsung. Hal ini tidak terlalu menyulitkan jika air sedang surut. Akan tetapi pada musim penghujan hal demikian sangat menyulitkan bahkan membahayakan. Belanda mengatasinya dengan membuat jembatan.
Pada gambar berikut ditampilkan peresmian Jembatan Kali Serang, Wates, Kulon Progo yang dilaksanakan sekitar tahun 1925-an. Tampak dalam gambar tersebut suasana resmi peresmian yang dihadiri pejabat-pejabat penting di Yogyakarta waktu itu. Pada gambar tersebut juga tampak sebuah gerobak terbuka yang mengangkut kelapa. Gerobak tersebut juga memancangkan bendera negara Nederland yang berwarna merah putih biru. Gerobak yang tampak dalam gambar atau foto itu merupakan kendaraan pertama yang melintasi Jembatan Kali Serang.
Kini kita semakin dapat merasakan manfaat pembangunan jembatan di atas Sungai atau Kali Serang itu. Kita tinggal meneruskan dan merawatnya dengan baik. Rintisan telah dilakukan oleh penjajah kita, Belanda. Bisakah kita meniru sisi-sisi baik dari penjajah itu ? Kalau bisa tentu kita tidak akan memanipulasi campuran material, memanipulasi ukuran atau volume serta kualitas bahan sebagai unsur pokok pembangunan prasarana fisik tersebut. Mampukah kita ?
a. sartono