Old Postcard: Pasar Baroe (Batavia), 1909
Suasana kawasan Pasar Baru, Jakarta pada tahun 1909 direkam dalam selembar kartupos lama. / Koleksi: Tokek Belanda.
Ir. Soekarno dan Sultan Hamengku Buwono IX
Salah satu foto di Museum Sultan Hamengku Buwono IX di Keraton Kasultanan Yogyakarta. / Koleksi: Agus Yuniarso.
Posted in Uncategorized
Licht! Camera! Draaien!
Kamera saku bukan barang baru di Indonesia. Mungkin yang berbeda ukuran saku di jaman dulu dan jaman sekarang … Sebuah iklan kamera menghiasi halaman belakang luar Majalah d’Orient yang terbit di Batavia (Jakarta), edisi 20 Mei 1939. / Koleksi: Agus Yuniarso.
Posted in Uncategorized
Kartupos Angka Smelt 5 Sen
Sebuah kartupos lama yang ditemukan disela-sela lembaran buku bekas yang dibeli di pasar buku loak Shopping Center, Yogyakarta.
Berdasarkan Katalog Perangko Indonesia, “Kartupos Angka Smelt 5 Sen” ini diterbitkan pada 15 Januari 1949. Ada dua jenis dengan teks yang berbeda (kemungkinan salah cetak). Yang pertama tertulis “NAAM EN ADRES VAN DEN AFZENDER”, sedang yang kedua “NAAM EN ADRES VAN DE AFZENDER”.
Yang pertama nilainya lebih mahal. Katalog tahun 1996 mencantumkan harga bekas (terpakai) untuk yang pertama Rp. 125.000,00 per lembar, sedang yang kedua hanya Rp. 20.000,00 per lembar. Sedang harga dalam kondisi belum terpakai Rp. 75.000,00 dan Rp. 3.000,00.
/ Koleksi: Agus Yuniarso.
Posted in Uncategorized
Iklan: Rex Theater Soerabaja
Iklan film ‘The Story of Vernon And Irene Castle’ yang akan diputar bioskop Rex Theater Surabaya menjelang tahun 1940. Dimuat di Majalah d’Orient yang terbit di Batavia (Jakarta), 1939. / Koleksi: Agus Yuniarso.
Posted in Uncategorized
Prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta, 1929
“De lijfwacht van de sultan van Jogjakarta met hun wapens” (Sumber: Wikipedia dari koleksi Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT) / Lisensi: Creative Commons / … ).
Bregada Prajurit Prawiratama, salah satu bregada (kesatuan) prajurit di Keraton kasultanan Yogyakarta sedang beristirahat di salah satu halaman Keraton, kemungkinan di Kemandungan Lor (Keben) atau di Kemagangan Kidul. Diabadikan pada tanggal 9 Oktober 1929 oleh Dr. W.G.N. van der Sleen. Tidak ada informasi yang jelas dalam acara apa foto ini diambil. Mengingat tidak setiap saat para prajurit mengenakan busana parade resmi, kemungkinan pada tanggal tersebut sedang berlangsung upacara adat tertentu seperti Garebeg. Jikalah bukan, kemungkinan Sultan Hamengku Buwono VIII yang bertahta saat itu sedang menerima tamu kehormatan.
Sebagai catatan tambahan, saat Balatentara Jepang menguasai Yogyakarta pada tahun 1942, Sultan Hamengku Buwono IX yang bertahta saat itu membubarkan semua kesatuan prajuritnya, untuk melindungi dan menghindarkan keterlibatan mereka dalam Perang Asia Timur Raya.
Wayang Wong di Masa Sultan Hamengku Buwono VI, 1899
“De kroonprins in danskleding tijdens een dansvoorstelling in de kraton van de Sultan van Jogjakarta. Rechts Gusti Raden Mas Poetra (zoon van HB VII) en links in vrouwenkostuum Gusti Raden Mas Natapradja, ca. 1899” (Sumber: Wikipedia dari koleksi Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT) / Lisensi: Creative Commons / … ).
Jembatan Merah di Kota Bogor, 1904
“De heer en mevrouw Kool-Beijnen in hun rijtuig of deleman en de heer Kindermann met fiets op de Rode Brug in Buitenzorg.” (Sumber: Wikipedia dari koleksi Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT) / Lisensi: Creative Commons / … ).
Kota Bogor di tahun 1904. Sebuah adegan dimana orang-orang kulit putih (Belanda) ber-pose di sebuah tempat bernama Jembatan Merah di Kota Bogor. Pasangan Kool-Beijnen duduk diatas delman, sementara seseorang bernama Kindermann berdiri di samping dengan sepedanya. Seorang pribumi juga tampak tertangkap lensa sedang memperhatikan mereka di sisi belakang. Foto ini diabadikan oleh M. Louise Treub pada tanggal 17 Oktober 1904. Apakah nama Jembatan Merah di Kota Bogor ini masih ada? Dimana lokasi tepatnya?
Keluarga Lonkhuyzen di Semarang, 1910-1915
“De kinderen van de familie Lonkhuyzen met baboe in de tuin van hun woning in Semarang.” (Sumber: Wikipedia / Koleksi Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT) / Lisensi: Creative Commons / … ).
Anak-anak keluarga Lonkhuyzen bersama para pengasuhnya diabadikan di halaman (taman) rumahnya. Sebuah adegan di Kota Semarang, diabadikan sekitar tahun 1910-1915 oleh Rabin (Fotostudio).
Rumah Dinas Administratur Pabrik Gula Kalibagor, 1905
“Het echtpaar Pietermaat met Mej. Mulder op de veranda van hun woning op de suikeronderneming Kalibagor.” (Koleksi Tropenmuseum of the Royal Tropical Institute (KIT) / Lisensi: Creative Commons / … ).
Keluarga Pieter Mulder berfoto di depan teras rumah dinas administratur Pabrik Gula Kalibagor (diabadikan pada tahun 1905). Untuk dicatat, Pabrik Gula Kalibagor yang berlokasi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini masih terus beroperasi hingga akhir tahun 1990an. Sayang, kondisi bangunannya saat ini tidak terawat karena sudah tidak lagi beroperasi.
Anda dapat perpartisipasi menambahkan deskripsi konten ini dengan menuliskan informasi dan tautan (link) terkait pada kolom komentar.