Djogdja Tempo Doeloe - PEMBANTU-PEMBANTU KELUARGA KOLONIAL DI MASA LALU
Orang selalu membutuhkan kehadiran orang lain karena ia tidak bisa mencukupi, menyelesaikan segala urusan, kebutuhan, dan pekerjaannya seorang diri. Orang sekaya dan sekuasa apa pun tetap membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan segala kebutuhan hidup atau urusannya. Demikian pula yang terjadi di masa kolonial Belanda.
Orang-orang Belanda yang pada waktu itu menjadi tuan, bendara, atau majikan di nusantara mempekerjakan orang-orang bumi putra yang mereka sebut sebagai inlander itu untuk mencukupi, meringankan, atau menyelesaikan pekerjaan mereka di bumi jajahan mereka.
Banyak orang Belanda yang menjadi demikian kaya di bumi jajahan mereka. Untuk itulah mereka tidak lagi sempat atau bisa, atau memang ingin memanjakan dirinya dengan segala kemudahan dan kenyamanan, lalu mempekerjakan orang-orang yang bisa diupah atau yang memang mencari upah, untuk melayani kebutuhan mereka. Dalam rumah tangga-rumah tangga Belanda yang kaya mereka biasa mempekerjakan lebih dari seorang pembantu atau pelayan rumah tangga.
Untuk urusan dapur mereka mempekerjakan pembantu sebagai tukang masak (umumnya wanita), untuk urusan pakaian mereka mempekerjakan tukang jahit (umumnya juga wanita), untuk merawat taman dan kebersihan halaman mereka mempekerjakan tukang kebun (umumnya laki-laki), untuk urusan transportasi mereka mempekerjakan kusir (umumnya laki-laki), untuk urusan perkuriran atau yang berkaitan dengan orang yang selalu siap untuk disuruh-suruh kemanapun mereka mempekerjakan jongos (semacam pembantu yang sebenarnya selalu siap untuk disuruh apa saja).
Semua itu terjadi karena pada masa-masa penjajahan hampir semua kebutuhan hidup relatif sulit didapatkan di luaran. Restoran atau warung makan masih jarang. Kendaraan bermesin masih sangat jarang, demikian pula toko-toko penjual pakaian jadi atau tukang jahit juga masih sangat jarang. Untuk itulah orang-orang kaya dari seberang lautan itu mempekerjakan orang-orang yang dijajahnya untuk mencukupi dan menyenangkan kehidupannya.
Foto berikut ini memperlihatkan bagaimana profil pelayan rumah tangga Belanda yang terdiri dari orang-orang bumi putra di masa lalu. Perhatikan pakaian ”kebesaran” mereka ketika mereka menjalankan tugas untuk majikannya itu. Secara keseluruhan pakaian mereka jelas berbeda dengan pakaian yang dikenakan majikannya. Semuanya itu terjadi bukan hanya karena semata-mata faktor kebiasaan (kultur) berpakaiannya yang berbeda, namun hal itu juga dilakukan untuk menegaskan bahwa status, derajad, dan pangkat mereka berbeda dengan majikannya.
Dalam foto tersebut ada orang yang berprofesi sebagai jongos (berdiri), tukang masak (berdiri di tengah), kusir (berdiri), tukang jahit (jongkok), dan tukang kebun (jongkok). Masing-masing orang tersebut mengenakan pakaian ”dinas”-nya dan masing-masing membawa peralatan sesuai dengan pekerjaannya.
a sartono
sumber: Europese Bibliotheek-Zaltbommel/Nederland, 1970, Nederlandsch-Indie In Oude Ansichten, hlm. 94