Djogdja Tempo Doeloe - ROMUSHA DI JOGJA TAHUN 1943-AN
Berikut ini adalah gambar atau foto tentang romusha yang terjadi di Yogyakarta. Romusha atau kerja paksa untuk proyek-proyek kemiliteran Jepang di berbagai tempat (negara) telah menimbulkan banyak kesengsaraan atau penderitaan. Untuk rakyat Indonesia waktu itu, bisa dikatakan bahwa mereka sampai tidak mampu membeli makanan pokok sekalipun. Lebih-lebih pakaian. Tidak mengherankan jika pada masa itu banyak orang kelaparan, gila, bahkan meninggal karena tidak kuat menahan derita. Pakaian dari karung goni merupakan pakaian yang umum digunakan pada masa itu. Wabah penyakit seperti diare, kudis, kolera, tifus, desentri merupakan penderitaan yang umum terjadi waktu itu. Orang benar-benar terpaksa menjalani kehidupan yang sangat primitif karena tiadanya sesuatu yang bisa dikenakan, dimakan, pengobatan, dan sebagainya.
Foto ini sekilas tampak ”hanya” seperti gambaran orang bergotong royong atau bekerja bakti biasa. Akan tetapi sesungguhnya foto ini menggambarkan orang-orang yang menderita karena adanya program romusha.
Penderitaan akibat romusha yang terjadi di Yogyakarta ini pada waktu itu turut membuat Sultan Hamnegku Buwana IX prihatin. Untuk meringankan penderitaan rakyat Yogyakarta Sultan Hamengku Buwana IX membuat proyek saluran irigasi yang dinamakan Selokan Mataram. Proyek ini mengalihkan tenaga kerja yang hendak diambil Jepang untuk romusha menjadi tenaga kerja yang digunakan untuk membangun daerahnya sendiri (Yogyakarta). Proyek Selokan Mataram ini berhasil menghubungkan Kali Progo dan Kali Opak. Dengan demikian rakyat Yogyakarta cukup tertolong dengan hal itu.
Sumber: Hartono, WP., dkk., 2002, Yogyakarta Ibukota Republik Indonesia 1946-1949, Yogyakarta: Yayasan Kanisius, Sponsor Utama Yayasan Sujatmoko.