Djogdja Tempo Doeloe - POSTER PERJUANGAN DI TAHUN 1949
Menjelang Serangan Umum 1 Maret 1949 rakyat Yogyakarta berusaha melakukan konsolidasi dan penyatuan gerakan. Untuk itu hubungan yang erat dan padu antara pimpinan dan rakyat wajib digalang dengan baik. Kerjasama yang padu akan menghasilkan sesuatu yang kuat dan lebih memungkinkan untuk mencapai hasil maksimal.
Untuk itu pula menjelang serangan itu dilakukan, di berbagai tempat disebarkan poster untuk menyemangati gerakan rakyat Jogja. Saat itu Sri Sultan Hamengku Buwana IX merupakan figur yang menjadi panutan bagi semua rakyat Jogja. Apa saja yang menjadi kebijakan Sultan HB IX selalu dipatuhi dan dilaksanakan rakyat Jogja. Pendeknya, Sultan HB IX adalah kiblat atau nafas dari semua gerakan rakyat Jogja waktu itu.
Tidak mustahil jika sosoknya menjadi figur yang ”sangat laku” untuk menggalang perjuangan rakyat. Gambar Sultan HB IX pun digunakan untuk membuat poster yang berisi ajakan untuk mempertahankan kemerdekaan, melawan penjajah dengan berani dan yakin. Gambar di samping menunjukkan bagaimana sederhananya poster yang dibuat zaman itu. Poster hanya dibuat dalam dua warna. Poster dibuat di atas kertas dengan huruf cetak yang tidak sempurna. Demikian pula gambar Sultan HB IX dalam poster tersebut tampak sederhana dan posisi tangan yang kaku.
Akan tetapi bukan efek visual yang indah yang pertama-tama disasar oleh pembuat poster. Efek yang sugestif yang membujuk atau mengajak untuk bergeraklah yang terasa begitu dalam poster ini. Gambar Sultan HB IX di dalam poster tersebut memberi sugesti yang kuat bahwa ajakan untuk berjuang itu sepertinya memang kehendak dari Sultan HB IX. Dengan demikian rakyat Jogja yakin dan percaya bahwa Sultan HB IX berdiri penuh di barisan rakyat. Mendukung, mengawaki, dan menyelenggarakan perjuangan itu sendiri.
Poster ini mungkin memang tidak memberikan efek keindahan, tetapi poster ini telah menampilkan ruh, semangat, dan greget untuk bertindak, untuk melakukan sesuatu. Bandingkan poster yang demikian ini dengan poster-poster yang bertebaran bak takut tidak mendapatkan tempat di ruang publik Jogja.
a. sartono
sumber: Suhartono, WP., dkk., 2002, Yogyakarta Ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta: Percetakan Kanisius dengan Sponsor Utama Yayasan Soedjatmoko.