Minggu, 17 Juli 2011

BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT DI JOGJA TAHUN 1930-AN

BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT DI JOGJA TAHUN 1930-ANTidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya rumah sakit di Indonesia (di kala itu bernama Hindia Belanda) yang dikelola secara profesional dipelopori oleh bangsa kulit putih, Belanda. Untuk wilayah Yogyakarta, boleh dikatakan Rumah Sakit Panti Rapih merupakan rumah sakit dengan bilangan umur tua atau bahkan paling tua. Rumah sakit ini berdiri pertengahan Agustus 1929. Rumah sakit ini diberkati oleh Mgr. A.P.F. van Velse, SJ. Semula rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Onder de Bogen (di bawah lingkungan gereja).

Keberadaan rumah sakit ini sangat membantu kesehatan dan penyembuhan banyak orang, khususnya di lingkungan Yogyakarta waktu itu. Pelayanan yang diberikan tanpa memandang suku, golongan, dan agama menjadikan rumah sakit ini menjadi andalan hampir semua orang di zamannya. Pada masa perjuangan pun rumah sakit ini banyak merawat para pejuang yang terluka. Demikian pun Jenderal Soedirman juga pernah dirawat di rumah sakit ini dan beliau pernah meninggalkan sebuah kenang-kenangan berupa puisi untuk rumah sakit ini.

Berikut ini adalah gambar salah satu ruang atau bangsal rawat inap di dalam rumah Rumah Sakit Panti Rapih. Gambar atau foto ini diambil pada kisaran tahun 1930-an. Tampak sekali bahwa plafon atau langit-langit rumah yang terdapat dalam bangsal rawat inap dibuat tinggi sehingga sangat memungkinkan untuk menampung udara (oksigen) sebanyak-banyaknya. Desain ruang yang demikian menyebabkan udara di dalam bangsal akan terasa segar dan sejuk. Perancangan yang demikian itu telah sangat dipahami oleh orang Belanda terhadap daerah tropis yang hangat-panas.

Padahal untuk zaman itu masih demikian banyak tumbuhan/tanaman besar-kecil. Kendaraan bermesin belum banyak. Penduduk belum banyak. Lalu lintas sama sekali tidak semrawut apalagi kacau. Namun bangsa Belanda telah berhitung masak-masak dalam setiap langkah pembangunannya. Berhitung masak-masak akan apa yang dilakukan dan dibuatnya. Sudah berpikir untuk mengantisipasi datangnya kegerahan atau kesumukan yang dapat ditimbulkan akibat desain rumah atau hunian yang kurang cermat. Padahal sungguh, waktu itu Yogyakarta masih sangat sejuk-adem-semilir-hijau.

Perhatikan juga lantainya yang kelihatan bersih mengkilap. Dinding kelihatan bersih. Dipan, selimut ditata demikian rapi dan bersih. Kondisi yang demikian untuk ukuran di masa itu tentu sudah merupakan sebagai sesuatu yang luar biasa mengingat di zaman itu kesadaran akan kesehatan, kerapian, kenyamanan masih dapat dikatakan minim.

Kita bisa membandingkan dengan desain atau kondisi ruang-ruang bangsal di rumah sakit-rumah sakit saat ini. Mungkin sudah relatif sulit ditemukan desain bangsal atau ruang yang lega seperti dalam foto tersebut. Hal demikian dapat terjadi oleh karena terbatasnya dana, lahan, atau ruang yang memang terasa kian menyempit dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mungkin hampir tanpa kendali.

a.sartono

Sumber: Gegevens over Djokjakarta 1926 A, 1926, Djogjakarta, Pengantar oleh L. F. Dingemans (Resident van Djokjakarta).