Minggu, 17 Juli 2011

Djogdja Tempo Doeloe - SITIHINGGIL TAHUN 1935

Orang pastilah sudah tahu bahwa di Yogyakarta ada bangunan Kraton Ngayogyakarta. Tempat ini, meski tidak seluruhnya, terbuka bagi orang lain untuk mengunjunginya, karena memang dibuka untuk wisatawan, baik domestik maupun asing. Kalau orang datang ke Kraton Yogyakarta, bangunan dibagian depan, setelah alun-alun utara, terdapat apa yang disebut pagelaran. Orang menyebutnya Pagelaran Kraton. Di belakang persis Pagelaran Kraton terdapat satu bangunan yang disebut sebagai Sitihinggil. Kalau nama ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi berbunyi; Tanah (Siti) Tinggi (hinggil). Bangunan Sitihinggil ini memang lebih tinggi dari Pagelaran dan ditempuh melalui naik tangga, dalam bahasa Jawa disebut sebagai undhak-undhakan.

Sitihinggil tahun 1935 dengan Sitihinggil sekarang (artinya tahun 2003) memang tidak banyak berubah, meskipun telah mengalami perbaikan, setidaknya pada catnya . Namun konstruksinya tetap sama. Melalui Sitihinggil ini, akan sampai pada pintu gerbang Kraton, yang disebut sebagai Keben --halaman Kraton yang terletak di depan pintu gerbang--. Jadi, pada halaman muka terdapat alun-alun.Setelah alun-alun ada Pagelaran dan kemudian Sitihinggil. Sebelum pintu gerbang ada halaman dan apa yang disebut sebagai Keben.

Wisatawan yang mengunjungi Kraton dan masuk Pagelaran dengan sendirinya akan bisa melihat (dan naik) di Sitihinggil), tetapi biasanya tidak terus masuk menuju Keben. Untuk mencapai pintu gerbang Kraton, biasanya, keluar dari Pagelaran dan jalan kaki masuk melalui arah samping untuk menuju Keben dan pintu Gerbang Kraton.

Dulu, kalau Raja hendak miyos (hadir) di Pagelaran Kraton melalui apa yang disebut sebagai Sitihinggil.

Datanglah ke Yogyakarta kalau ingin melihat Sitihinggil.

Teks: Ons Untoro