Minggu, 17 Juli 2011

Djogdja Tempo Doeloe - ALUN-ALUN KIDUL TAHUN 1920

Alun-alun dan Ringin kurung adalah satu tanda kultural yang dikenal oleh publik. Keduanya ada di dalam beteng Kraton, dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan "neng njeron beteng Kraton". Alun-alun dan Ringin Kurun ada di dua tempat dan disebut alun-alun utara dan alun-alun selatan (Kidul). Alun-alun utara terletak di depan sebelum masuk pintu gerbang (pagelaran Kraton) alun-alun selatan ada di belakang pintu gerbang (Kemagangan Kraton). Dua pohon beringin terletak di masing-masing alun-alun dan tepat berada di tengah persis. Karena pohon ringin dipagari, kemudian disebut sebagai ringin kurung.

Alun-alun Kidul (selatan) tahun 1920 situasinya sudah berbeda dengan alun-alun sekarang, meskipun ringin kurungnya masih tetap sama. Tentu sudah mengalami berbagai macam perubahan disekitarnya, misalnya jalan yang melingkari alun-alun selatan sudah beraspal, pada jaman dulu, setidaknya sampai tahun 1960-an, belun diaspal seperti sekarang, bahkan alun-alunnya tidak ditanami rumput hijau. Pada tahun-tahun itu, di tengah alun-alun selatan ada taman sebagai tempat bermain anak-anak, tetapi taman itu sekarang sudah tidak ada.

Yang khas dari alun-alun selatan sekarang ialah, setidaknya mulai awal tahun 1990an, banyak orang percaya, siapa bisa berjalan dengan mata tertutup sampai melewati tengah diantara dua Ringin kurung akan mendapat berkah. Kegiatan itu setiap hari ramai dilakukan oleh orang, baik tua maupun muda. Kalau Sabtu malam, akan penuh orang menjalani ritus seperti itu.

Meskipun ada yang sudah berkembang dari segi fisik, namun Ringin Kurung-nya tetap berada di tempatnya, dan fungsi ruang publik alun-alun selatan semakin menemukan maknanya.

Datanglah ke alun-alun selatan untuk berjalan sambil ditutup matanya, siapa tahu mendapat berkah.

Ons Untoro