Minggu, 17 Juli 2011

Djogdja Tempo Doeloe - PROFIL WEDANA MASA LALU

Wedana adalah nama pangkat atau kedudukan dalam jajaran pemerintahan, khususnya di Jawa masa lalu. Wedana bertugas memimpin atau mengepalai kawedanan, yakni sebuah wilayah yang kira-kira seluas kecamatan di masa sekarang. Kawedanan ini merupakan perpanjangan tangan dari Bupati Kawedanan. Soal kawedanan diatur dalam UU no. 5 tahun 1974 tentang Pemerintah Daerah. Wedana memiliki wilayah tetapi tidak memiliki kekuasaan memerintah, hanya koordinasi. Kawedanan atau karesidenan sering disebut pembantu Bupati Wilayah …. Atau Pembantu Gubernur Wilayah ….. Kawedanan adalah sistem pemerintah di bawah kabupaten dan punya bawahan koordinator kecamatan.

Kedudukan wedana cukup tinggi (setingkat) camat menyebabkan mereka perlu menampilkan diri sesuai dengan tingkat kedudukan mereka. Tidak mengherankan juga jika pakaian atau asesori yang dikenakannya pun mengkiblat atau meniru raja atau orang-orang yang berkedudukan di atasnya. Dia juga berhak memiliki payung dengan warna tertentu sebagai simbol atau penanda bahwa dia memiliki kedudukan tertentu dalam jajaran pemerintahan. Ia juga memiliki pembantu yang bertugas membawa payung kebesarannya itu.

Pakaian dinas yang dikenakan oleh wedana di Jawa pada masa lalu juga demikian khas. Jika dicermati pakaian yang dikenakannya adalah perpaduan antara pakaian gaya timur (Jawa-Indonesia) dengan gaya Barat. Umumnya mereka mengenakan tutup kepala berupa blangkon atau destar, namun di atas destar itu dilengkapi dengan topi bulat, khas topi yang dikenakan oleh sinder atau kontrolir bangsa Belanda.

Jika tidak dermikian, ia juga berhak mengenakan penutup kepala berupa kuluk yang berbentuk seperti silinder terpancung. Ia juga mengenakan sepatu pantofel berwarna hitam yang juga menjadi pakaian/asesori berpakaian bangsa Barat. Selain itu ia juga mengenakan kaus kaki putih sebagai kelengkapan dalam mengenakan sepatu. Kemeja warna putih juga merupakan sesuatu yang lazim mereka kenakan sebagai pakaian dalam yang kemudian di bagian luarnya dilengkapi dengan baju mirip jas yang sering juga disebut jas atela. Jas ini umumnya berwarna gelap terbuat dari kain beludru dengan hiasan sulaman benang emas di kedua ujung lengan, leher, dan bagian depan (deretan kancing).

Untuk menunjukkan kredibilitasnya dalam soal kekayaan atau keuangan, umumnya mereka melengkapi pakaiannya dengan asesori berupa kalung ulur (kalung panjang dengan kancing di bagian pinggang atau saku baju bagian dada. Kalung ini terbuat dari emas. Kadang mereka juga mengenakan peniti atau jam berantai emas yang disematkan di kantung baju bagian depan.

Tampaknya unsur penampilan diri atau visualisasi diri menjadi bagian yang teramat penting bagi pemimpin-pemimpin masa lalu. Untuk meneguhkan eksistensi kedudukan mereka, mereka akan menonjolkan dirinya dengan penampilan-penampilan diri yang demikian khas, yang dengan tegas hal itu membedakan dirinya dengan orang lain (masyarakat biasa). Hal demikian juga menegaskan kedudukan, peringkat, atau kelas sosial mereka di tengah struktur kemasyarakatan yang melingkupinya pada masanya.

Gambar di atas menunjukkan bagaimana kira-kira suasana dan eksistensi kedudukan wedana di masa lalu. Hal demikian menjadi gambaran umum bagi wedana, khususnya di Jawa, termasuk DIY masa lalu.

Sartono
Sumber: Europese Bibliotheek, 1970, De Javaansche Vorstenlanden in Oude Ansichten, Amsterdam: De Bussy Ellerman Harms n.v.