Minggu, 17 Juli 2011

Djogdja Tempo Doeloe - RUMAH DESA MENGGAMBARKAN SUASANA KEDAMAIAN

Rumah beratap rumbia, alang-alang atau dalam istilah Jawa disebut welit dan berdinding bambu (gedhek), kayu, gebyok nyaris tidak dapat ditemukan lagi di perkampungan-perkampungan di Jogja atau di Jawa. Kemajuan di berbagai bidang telah mengubah gaya hidup dan perilaku hampir semua manusia, termasuk warga Jogja. Rumah yang dapat kita temukan di desa-desa di Jogja pun sudah bergaya arsitektur modern. Bisa dikatakan tidak ada lagi rumah di desa yang tidak berdinding tembok. Mayoritas telah berlantai ubin keramik atau tegel. Rumah-rumah bergaya arsitektur Barat akan dengan mudah kita temukan di hampir semua sudut desa di Jogja.

Foto ini menampakkan gambaran rumah yang umum terdapat di desa-desa di Jawa (termasuk Jogja) di masa lalu. Atap rumah ini berbentuk limasan dengan dinding bambu (gedhek). Atapnya terbuat dari welit, yakni anyaman daun tebu atau alang-alang. Pohon kelapa sebagai tanaman pekarangan tampak demikian menonjol dibandingkan tanaman jenis lain. Dilihat suasananya, rumah tersebut kelihatan tenang dan menenteramkan. Tidak ada kesan kebisingan atau kisruh. Kehadirannya kelihatan menyatu dalam keseimbangan alam desa.

Barangkali rumah yang demikian itu juga merepresentasikan suasana hati atau pemikiran pemiliknya. Selaras dengan alam. Tidak ada keinginan yang meriak dan menggelegak untuk melahap jagad ragawi-duniawi. Kelihatan bersahaja-biasa dan menghargai lingkungan.

Hal demikian berbeda jauh keadaannya dengan kondisi sekarang. Jogja/Jawa sudah penuh bangunan dan kendaraan bermesin, terutama di kotanya. Kabupaten pun tidak mau ketinggalan. Sawah produktif disulap jadi perumahan. Ladang atau tegalan disulap menjadi areal industri. Bangunan lama dirobohkan diganti mal dan supermarket. Sawah habis, ladang habis, hutan habis. Bangunan-bangunan berbahan semen dan batu bata bermunculan menggantikannya. Barangkali yang namanya jagad modern memang harus begitu. Mesin, elektronik, serat optik, semen, besi adalah ciri fisik utamanya. Kemodernan mungkin tidak pernah dicirikan oleh hijaunya alam, jernihnya air, ketenangan, segarnya udara, suburnya tanah.

Foto rumah di pedesaan Jawa di atas mungkin akan menjadi tinggal kenangan belaka. Mungkin kita tidak akan pernah bisa kembali ke suasana itu. Barangkali kita tidak akan pernah bisa kembali ke tanah terjanji.