Minggu, 17 Juli 2011

Djogdja Tempo Doeloe - PEMBUATAN KERIS DI MASA LALU

Sampai sekarang belum ada kesimpulan final tentang kapan keris mulai dibuat. Ada perkiraan bahwa keris mulai dibuat di Jawa pada abad 6/7 Masehi. Keris pada masa ini dibuat relative sederhana dan kebanyakan tanpa luk (lekuk). Artinya wujudnya lurus dan bilahnya cenderung agak lebar. Keris semacam itu dikenal sebagai keris buda.

Dalam perkembangannya keris mengalami pencanggihan di sana-sini. Sebagai mahakarya budaya keris pun akhirnya diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia. Sayangnya, empu keris saat ini hanya tinggal beberapa orang saja. Julukan empu yang disandang oleh seseorang pembuat keris menunjukkan tingginya derajad kemahiran orang tersebut dalam membuat keris. Bukan hanya mahir dalam mengolah aneka jenis logam menjadi sebilah keris yang cantik, namun juga seberapa dalam pengetahuannya tentang filosofi keris. Bahkan sampai ke detail keseluruhan proses produksi keris yang tidak hanya melibatkan urusan fisik, tetapi juga urusan batin.

Hal-hal yang berkaitan dengan urusan batin bagi empu keris bisa dilihat dari apa yang dilakukannya sebelum dan selama membuat keris. Umumnya sebelum membuat keris sang empu akan berpuasa. Demikian pula ketika proses pembuatan keris. Kecuali puasa juga ada banyak pantangan selama proses pembuatan keris berlangsung. Contohnya adalah tidak berkata-kata kasar, kotor, dan emosional. Kecuali itu hari atau saat penempaan pun dihitung berdasarkan rumus perhitungan kalender tertentu.

Itu pun masih belum cukup. Selama proses pembuatan keris umumnya juga disediakan aneka sajen di ruang studio (ruang pembuatan keris/ruang besalen). Sesajen tersebut umumnya mengandung makna permohonan kepada Yang Mahakuasa agar selama proses pembuatan keris hingga selesai semuanya dapat berjalan dengan lancar dan aman serta keris yang dihasilkan benar-benar bekualitas bagus.

Kini suasana besalen dengan empu keris yang demikian itu hampir tidak ada lagi kecuali mungkin, hanya di tempat pembuatan keris di daerah Godean dengan empu kerisnya, Empu Sungkowo (penerus Empu Jeno Harumbrojo). Berikut ini disajikan foto suasana pembuatan keris di Jogja masa lalu. Perhatikan ubarampe sesajen yang menyertai proses pembuatan keris tersebut. Sekalipun ruangan besalen kelihatan sederhana, namun sesajen di tempat itu kelihatan cukup lengkap dan mungkin mewah juga. Keseriusan yang terpancar dari wajah sang empu dan pembantunya menjadi petunjuk bahwa pembuatan keris bukanlah pekerjaan ”biasa”. Gambaran atau potret suasana tempat pembuatan keris semacam ini untuk zaman sekarang sudah sangat sulit ditemukan.

a sartono
Sumber: Eurepese Bibliotheek, 1972, De Javansche Vorstenlanden in Oude Ansichten, Amsterdam: De Bussy Ellerman Harms, n.v.